APA ITU TUNARUNGU?


Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sedikit mengenai apa itu pengertian tunarungu dan klasifikasi gangguan pendengaran
A.    PENGERTIAN TUNARUNGU
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh paraahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi anak tuna rungu.

Andreas Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang mendengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

Selain itu, Mufti Salim (1984:8) menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan ata ukehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Memperhatikan batasan – batasan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tunarungu adalah meraka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari – hari.
B.     KLASIFIKASI TUNARUNGU
1.      Klasifikasi secara etiologis
Yaitu pembagian berdasarkan sebab- sebab, dalam hal ini penyebab ketunarunguan ada beberapa faktor, yaitu :
a.       Pada saat sebelum kelahiran
·         Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat genes, recesive gen, dan lain – lain.
·         Karena penyakit; sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit, terutama penyakit – penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu adalah rubella, moribili, dan lain – lain.
·         Karena keracunan obat – obatan; pada suatu kehamilan, ibu meminum obat – obatan terlalu banyak, ibu seorang pencandu alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran anak nya sehingga ia meminum obat penggugur kandungan, hal ini akan dapat menyebabakan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan.
b.      Pada saat kelahiran
·         Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu dengan penyedotan (tang)
·         Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.
c.       Pada saat setelah kelahiran (post natal)
·         Kesulitan yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lain – lain.
·         Pemakaian obat – obatan ototoksi pada anak – anak.
·         Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.
2.      Klasifikasi menurut tarafnya
Klasifikasi menurut tarafnya dapat diketahui tes audiometris. Untuk kepntingan pendidikan ketunarunguan diklasifikasikan sebagai berikut :
Andreas Dwidjosumarto (1990:1) mengemukakan :
Tingkat I, kehilangan kemampuan mendengar antar 35 sampai 54 dB, penderita hanya memrlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus.
Tingkat II, Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB, penderita kadang – kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus, dalam kebiasaan sehari – hari memerlukan latihan berbicara dan bantuan latihan berbicara bahasa secara khusus.
Tingkat III, Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB.
Tingkat IV, Kehilangan kemampuan mendengar 90 Db ke atas.
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian. Dalam kebiasaan sehari – hari mereka sesekali latihan berbicara, mendengar, berbahasa, dan memrlukan pelayanan pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakeketnya memrlukan pelayanan pendidikan khusus.


Sumber : Soemantri, Sutjihati.2006.Psikologi Anak Luar Biasa.Jakarta : Refika Aditama


Komentar

Postingan Populer