KEBUTUHAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK TUNARUNGU

            Kebutuhan Belajar

Ada beberapa kebutuhan yang diperlukan ABK dengan gangguan pendengaran di dalam belajar.Kebutuhan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
    Alat Bantu Dengar (ABD)
    ABD merupakan alat yang sangat penting bagi ABK dalam menerima rangsangan suara. Namun,  tidak semua anak-anak suka menggunakan alat bantu dengar. Hal ini dikarenakan karena ABD tidak dapat menyeleksi bunyi suara, sehingga segala bunyi/suara bisa masuk ke telinga melalui ABD.  Efek negatifnya adalah anak-anak pemakai ABD sering dikejutkan bunyi-bunyi mendadak yang masuk ke telinga.  
Guru perlu memiliki wawasan tentang ABD dan penggunaannya. Agar anak mendapatkan kenyamanan saat menggunakan ABD, maka perlu dipilihkan ABD yang berkualitas dengan berkonsultasi kepada ahli audiologi, salah memilih akan dapat berpengaruh terhadap anak yang memakai. Oleh karena itu,  tidak jarang anak dengan kelainan pendengaran enggan memakai ABD karena kualitasnya kurang bagus. Dalam proses belajar-mengajar di kelas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru, diantaranya adalah: (a)ABD bukan sebagai pengganti pendengaran yang normal, tetapi hanya membuat suara lebih keras,  termasuk suara yang tak diinginkan pun ikut terdengar, (b) ABK diharapkan terus memakainya  dalam pengajaran, (c) tempat duduk  ABK tetap perlu diperhatikan agar mendengar secara optimal dan tak terganggu, dan  (d) guru berusaha berbicara di depan kelas dengan intonasi yang jelas  sehingga bisa dimengerti oleh semua anak, terutama ABK.      

Metode Komunikasi
Dalam  pembelajaran guru perlu memperhatikan kondisi psikologis anak terkait dengan penentuan metode komunikasi berbahasa.  Hal ini perlu dipertimbangkan karena  kondisi anak kelainan pendengaran memiliki variasi dari yang ringan sampai  berat.  Ada tiga metode komunikasi pembelajaran  yaitu: metode manual, metode oral, dan  metode komunikasi total.
     Metode Manual   memiliki dua komponen dasar, yaitu  bahasa isyarat (sign language) dan ejaan jari tangan (finger spelling). Bahasa isyarat digunakan untuk menjelaskan kata dan konsep. Bahasa isyarat yang standar dan dipakai di seluruh dunia adalah ASL (American Sign Language). Sedangkan ejaan jari tangan (finger spelling) dalam implementasinya  berupa alphabet secara manual. Posisi-posisi jari tangan menunjukkan  alphabet huruf-huruf latin dari a sampai z. Finger spelling biasanya digunakan sebagai pelengkap bahasa isyarat jika tidak ada bahasa isyarat untuk satu atau beberapa kata. Finger spelling juga digunakan untuk menyebutkan nama orang secara tepat atau bila orang tidak yakin akan bahasa isyarat untuk kata tertentu.
Metode oral, menekankan pada pembimbingan ucapan dan membaca ucapan (speechreading). Dengan mempertimbangkan bahwa dunia anak tunarungu adalah dunia normal, maka anak harus dibimbing dan diajarkan komunikasi bahasa normal yakni bahasa oral. Metode oral difokuskan pada pemanfaatan pendengaran yang masih tersisa  melalui pertolongan alat bantu dengar  dan pelatihan khusus untuk meningkatkan sensitivitas terhadap suara dan membedakan berbagai suara.
Metode komunikasi total  dalam implementasinya  memuat spectrum model berbahasa yang lengkap,  yaitu: membedakan gerakan/mimik  tubuh anak, bahasa isyarat yang formal, belajar berbicara, membaca ucapan, isyarat jari tangan, serta belajar membaca dan menulis (Denton, 1970:3).  Dengan komunikasi total,  anak tunarungu memiliki kesempatan untuk mengembangkan setiap sisa pendengarannya dengan alat bantu dengar dan/atau sistem terpercaya untuk memperbesar kemampuan mendengarnya.

            Strategi Pendampingan Belajar
Tujuan utama pendidikan  ABK gangguan pendengaran adalah agar anak mampu mengikuti dan berperan dalam seluruh bidang kehidupan. Untuk itu anak harus dipersiapkan sedini mungkin. Untuk guru yang melayani pendidikan ABK, Smith (2004) memberikan advokasi : a) anak diberikan tempat duduk di depan papan tulis, dan diusahakan jauh dari bunyi-bunyi getaran mesin pemanas dan AC, b) anak diberi kesempatan yang relative sama dengan anak normal lainnya dalam kegiatan berbahasa dan berbicara, c) jika anak tampak kebingungan, guru  dapat menjelaskan sekali lagi ucapan/pernyataan yang dimaksud, d) ABK biasanya lebih cepat lelah  dibandingkan dengan teman lain yang normal, untuk itu guru menjelaskan materi pelajaran tidak terlalu cepat, dan e) guru hendaknya memperhatikan ekspresi wajah anak apakah telah mengadakan kontak mata sebelum materi diberikan. Bagi ABK  tunarungu yang mengandalkan membaca ucapan (speechreading), Smith (2004) memberi saran sebagai berikut: a) ketika  berbicara guru menghindari aktivitas  keliling ruangan, sehingga tidak dapat diikuti oleh siswa dan siswi tunarungu, b) guru hendaknya mengambil posisi yang cukup cahaya sehingga wajah dan ucapan guru dapat dilihat dengan jelas, c) tangan guru hendaknya tidak menutupi wajah dan gerak bibir, d) guru hendaknya tidak terlalu berlebihan ketika menggunakan mulut; usahakan bicara pelan dan alami, e) bagi guru laki-laki hendaknya tidak memelihara kumis lebat karena dapat menghalangi anak dalam mengamati gerak mulut, dan  f) ketika guru menjelaskan materi hendaknya memposisikan kembali menghadap ke depan anak dengan jelas.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer